BIPOLAR MOONLIGHT

PENIPU

Yang Terabaikan

Mata sembab, rambut tak karuan, bau menyengat, wajah pun penuh iler. Ya, apa boleh dikata, seperti itulah penampakan makhluk-makhluk yang memilih untuk berkecimpung dalam dunia kompetisi.

Budaya "hasil lebih segala-galanya daripada proses" menjadi momok dalam sebuah kompetisi. Tiap pelaku kompetisi pasti paham bagaimana pedihnya ketika hasil tak seindah yang dicita-citakan, apalagi jika kompetisi tersebut sukses menguras banyak pikiran, tenaga, waktu, biaya, dan menjauhkan kita dari lingkup pergaulan.

Ketika hasil tak berbanding lurus dengan angan, maka sudah pasti akan timbul berbagai macam reaksi. Berdasarkan pengalaman, reaksi yang mendominasi adalah kecewa dengan bumbu sok tahu. Reaksi ini tidak nampak dari pelaku kompetisi, melainkan berasal dari mereka yang merasa lebih tahu akan segalanya, mereka yang terkadang hanya mencari panggung (hanya karena mereka terlahir lebih dulu).

Dalam kisah nyata, hanya segelintir orang yang akan benar-benar peduli terhadap rasa sedih yang dirasakan si pelaku kompetisi. Mereka adalah orang-orang yang memang ada untuk membantu tanpa maksud tertentu, memberikan kritikan yang sifatnya membangun disertai dengan contoh berdasarkan pengalaman pribadi, dan yang tidak memaksakan kehendak terhadap pelaku kompetisi, melainkan menggabungkan semua usulan dan ide yang ada untuk pembaharuan ilmu dan kemajuan bersama.

Terkadang, ada manusia yang tak sudi bila pendapatnya tak diterima oleh manusia lainnya. Selalu memaksakan kehendak, namun tak mampu untuk menuntaskan apa yang dipaksakannya, tak jarang hal tersebut membuat si pelaku kompetisi sakit hati dan merasa dilecehkan.

Mereka yang pemaksa karena mengharapkan sesuatu biasanya akan kecewa ketika yang diharapkannya belum bisa menjadi nyata, lalu mereka akan memaki dalam kebisuan (tapi ada juga yang terang-terangan).

Belajar dari pengalaman sebagai pelaku kompetisi, bukan hal ini yang saya harapkan. Pelaku kompetisi ingin agar setiap proses yang mereka lalui dapat dihargai, mungkin hasilnya memang belum sempurna, tapi tak ada salahnya untuk mensyukuri segala pencapaian, mengingat sulitnya medan yang mereka tempuh untuk bisa berada di dekat puncak.

Seyogyanya tidak perlu untuk saling menyalahkan, karena akan lebih bijak jika kita kembali mengkoreksi diri sendiri. Wahai pelaku kompetisi, jangan menyerah terlalu cepat. Terus berjuang dan tak usah berikan telinga kepada mulut-mulut yang hanya pandai memberikan beban, karena kelak akan tiba masanya untuk kalian mencapai puncak.

*pic courtesy of featureshoot

No komentar

, by bipolar moonlight

Poetry

Juli

No komentar

, by bipolar moonlight

Thoughts

Bantuan Kecil

Bunyi toa masjid di pagi buta selalu menjadi penanda untuk kembali mengawali sebuah hari dengan rasa syukur, penuh semangat, serta harapan agar suatu hari yang sekiranya akan dijalani menjadi lebih produktif serta bermanfaat, tentunya bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain.

Di tengah hiruk pikuk kota, kerap kali saya bertemu dengan orang-orang pinggiran. Ada yang renta namun sanggup untuk memikul karung yang bahkan jauh lebih berat daripada bobotnya, ada pula anak-anak usia sekolah yang tak berseragam, berseliweran sembari menenteng botol-botol plastik di jalanan dan tepat di jam-jam operasional sekolah. Bahkan, kadangkala ada juga yang masih setia nangkring di tepi jalan sambil menjajakan jualannya pada jam-jam dimana seharusnya anak-anak seusia mereka sudah terlelap.

Hati terenyuh ketika melihat si renta karena terbayang oleh orangtua sendiri, sedih dan tak jarang menitihkan air mata tatkala melihat anak usia sekolah harus bekerja sangat keras untuk dapat makan alakadarnya.

Apakah mereka punya tempat untuk beristirahat?
Apakah mereka tidur nyenyak tanpa rasa lapar?
mungkin tidak.

Selalu ada keinginan untuk dapat menolong mereka, agar mereka pun bisa merasa kenyang dan tidur dengan rasa nyaman. Namun sayang, kadang ada masanya kita dipaksa mengalah dengan kocek, apalagi untuk mahasiswa seperti saya yang kerjanya masih mengemis kepada orangtua.

Tapi tetap saja saya ingin menolong meski sekecil apapun. Dalam kondisi seperti ini, biasanya DOA selalu menjadi alternatif untuk saya. Tidak perlu malu jika hanya doa yang dapat dihaturkan, yang penting niatannya baik dan dilakukan dengan tulus.

Semoga Tuhan senantiasa menjaga dan melindugi mereka dalam setiap langkah juangnya, semoga Tuhan memberikan mereka kesehatan, umur panjang, dan rezeki yang berlimpah. Semoga mereka senantiasa diberikan kebahagiaan dan rasa syukur untuk setiap hal dalam kehidupan mereka dan semoga mereka dapat terjamah oleh pemerintah dan juga para donatur, Tuhan memberkati setiap usaha dan kerja keras mereka. Amin.

*pic courtesy of alfredo11

No komentar

, by bipolar moonlight

Fashion

Footwear Essentials: Sole Mate

Memilih alas kaki sebagai pelengkap outfit menjadi hal yang cukup penting, hal ini dikarenakan penggunaan alas kaki dapat membuat outfit kalian terlihat lebih kece atau justru sebaliknya.

Aku pribadi sebenarnya bukan tipikal kolektor sepatu/sandal, biasanya untuk urusan belanja alas kaki aku tentukan hanya berdasarkan kebutuhan aja dan untuk pemilihan warna, aku lebih suka bermain dengan warna-warna yang aman alias netral seperti hitam, nude dan putih. Bicara soal kualitas pastinya nyari yang kuat nan nyaman dan soal harga tentunya nyari yang murah 😚

Nah, hari ini aku bakalan share referensi sepatu yang menurut aku penting untuk kalian punya, tujuannya biar kalian gampang untuk matching-innya dengan berbagai model outfit kalian. Jangan lupa penggunaannya disesuaikan sama occasion-nya ya!

Let's get roll!

Nah, sekarang aku bakalan sharing ke kalian alasan dibalik pemilihan jenis dan model alas kaki di atas.

Kita mulai dari flat shoes atau yang lebih terkenal dengan sebutan "teplek". Kayaknya hampir tiap perempuan punya deh, soalnya jenis sepatu ini emang hampir bisa dikenakan di occasion apa aja, kecuali kegiatan olahraga ya 🤪. Selain itu, pemakaiannya juga ga ribet cuman kayak pakai sandal aja kok.
Berikutnya ada sandal, kalian yang hobinya jalan-jalan pasti suka dengan alas kaki jenis ini apalagi kalau kalian emang tim anti ribet. Well, siapa sih di dunia ini yang ga suka pakai sandal?! (komen di bawah kalo beneran ada yg ga suka pakai sandal wkwk)
Selanjutnya ada loafers, setau aku sih model ini pada umumnya merupakan model sepatu pria, tapi di-design lebih ramping & feminim lagi tentunya biar bisa dikenakan ladies juga, jadi kalau menurut aku model ini sebenarnya cocok banget buat kalian yang suka tampilan sedikit maskulin (disamping penggunaan slip-on/sneakers/boots). Sepatu model ini juga bisa dikenakan hampir disetiap occasion selain olahraga.
Melangkah ke model berikutnya yaitu mule, kalo menurut aku sih mule adalah model alas kaki yang nanggung, soalnya model ini seperti perpaduan antara sandal dan sepatu, jadi kesannya seperti alas kaki yang santai tapi sedikit lebih formal (bingung juga jelasinnya gimana? 🙊). Oiya satu lagi, untuk mule itu sendiri ga ada yg heels-nya tipis/runcing ya.
Kita lanjut ke model berikutnya yaitu boots, eiitttss jangan pada bingung kenapa aku memilih boots sebagai salah satu alas kaki yang penting. Pertama, ada beberapa pekerjaan yang kemudian mengharuskan karyawannya untuk menggunakan boots, itu dia kenapa kemudian aku masukan ke dalam referensi. Kedua, kalau kalian tipikal orang yang jiwanya rock&roll atau suka tampilan yang agak maskulin maka boots adalah pilihan yang tepat untuk kalian. Sebenarnya, banyak sih model boots yang lain, cuma yang aku masukan ke dalam refensi merupakan model yang lebih flexible untuk digunakan di beberapa occasion.
Ada ga sih ladies yang ga punya pumps? Kalo menurut aku pribadi, pumps ini merupakan salah satu standar untuk sepatu formal (apalagi yang warnanya hitam) yang biasanya digunakan ke kantor atau ke acara-acara formal lainnya yang mengharuskan tampilan rapih. Nah, untuk modelnya sendiri sih banyak, ada yang pointy, ada juga yang ujungnya ga lancip, ada yang heels-nya tipis tapi ada juga yang engga, untuk jenis bahan biasanya ada dua, yaitu suede atau leather.
Ankle strap, model ini cocok untuk digunakan ke pesta, makan malam mewah sama calon mertua, atau ke kantor juga mungkin masih bisa (intinya sih ke acara yang rada fancy gitu). Kalo kalian merasa kurang PD dengan model yang kebuka (jari-jari kakinya kelihatan), kalian bisa memilih ankle strap yang bagian depannya tertutup.
Oke sekarang giliran espadrilles & slip-on, alasan aku menggabungkan kedua jenis alas kaki ini sebenarnya karena menurut aku dari segi model mereka mirip banget, cuman kalo espadrilles tampilannya lebih casual sedangkan slip-on lebih sporty. Espadrilles menyerupai flat shoes hanya sedikit lebih tertutup sedangkan slip-on menyerupai sneakers hanya ga ada talinya.
Apa sih yang sebenarnya membuat white sneakers itu lebih spesial jika dibandingkan dengan sneakers warna lainnya? Well, IMHO warna yang putih membuat sepatu jenis ini mudah untuk di padu-padankan dengan berbagai outfit mulai dari pakai celana jeans, celana kain, rok, bahkan dress juga cocok.
Akhirnya yang terakhir 😚athletic sneakers, sesuai dengan namanya sepatu jenis ini sangat cocok digunakan untuk olahraga apa saja, tinggal kalian sesuaikan aja model sepatunya dengan jenis olahraganya. Mau dipakai buat sehari-sehari juga bisa kalau kalian suka tampilan sporty.